Blogger Widgets Rangga's Blog: Tulisan 4
Subscribe:

Ads 468x60px

Tulisan 4


Famili                          : Anguillidae
Nama                          : Sidat
Nama Ilmiah/latin      : Anguilla spp.
Nama Inggris              : Eels


Deskripsi :
·         Bentuknya panjang, lurus dengan sirip punggung yang panjang dan menyatu dengan sirip ekor dan kemudian bersambung dengan sirip dubur (anal fin)
·         Umumnya ikan betina lebih besar daripada ikan jantan
·         Bersipat predator dan merupakan ikan ekonomis penting
·         Ikan dewasa kebanyakan hidup di air tawar tetapi kembali ke laut untuk memijah
·         Kebanyakan hidup di sungai-sungai yang bermuara ke laut yang dalam
·         Daerah penyebaran : sungai-sungai di sumatera, pesisir selatan jawa, pesisir timur kalimantan dan sulawesi.

___________________________________________________________________________
Indonesia negeri kepulauan, tentunya kaya akan laut dan perairan. Ini menjadi sebuah potensi yang sangat bagus jika benar-benar optimal diolah dan digarap dengan baik. Salah satu potensinya adalah perikanan di perairan kita.
Peneliti oseanografi LIPI Hagi Yulia Suhega menemukan adanya 7 jenis ikan sidat di perairan Indonesia. Penemuan ini sangat berarti mengingat jenis ikan tersebut hanya terdapat 18 jenis di dunia.
            Di luar negeri seperti Eropa, Amerika bahkan Jepang Ikan Sidat sangat
digemari karena berdasarkan penelitian, ikan ini mempunyai kandungan nutrisi yang paling tinggi di bandingkan ikan-ikan lainnya, Penemuan ketujuh Ikan Sidat tersebut berada pada pinggiran perairan Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, Halmahera dan Papua. "Ketujuh jenis itu dibagi di semua perairan-perairan itu bukan masing-masing tujuh jenis sekalian ada di perairan-perairan tersebut,
            Tujuh jenis Ikan Sidat tersebut dibagi dari beberapa spesies yaitu satu spesies dan sub spesies Sidat bersirip dorsal pendek (Anguila Bicolor dan Anguila Bicolor Pacifica). Dan 5 spesies Sidat dorsal panjang (Anguila Borneensis, Anguila Marmorata, Anguila celebensensis, Anguila megastoma dan Anguila interioris).
            Di perairan Indonesia sumberdaya benih Ikan sidat cukup berlimpah. Bentuk ikan sidat mirip dengan belut, namun ukurannya lebih besar. Ikan sidat sendiri merupakan ikan sejenis belut berkuping , dengan bentuknya yang lebih panjang dan besar. Ada yang mencapai 50 cm. Ikan sidat bisa hidup di perairan asin dan perairan tawar, saat bertelur ikan sidat membutuhkan lokasi laut dalam sedangkan ketika tumbuh dewasa mereka hidup di air payau dan tawar kondisi ini cocok dengan kondisi alam maritim Indonesia.
Banyak orang yang ngeri melihat ikan sidat karena mirip ular ,tetapi konsumen asing menganggap cita rasa ikan sidat enak dan memiliki kandungan gizi yang tinggi. Harga ikan sidat per kilogram bisa mencapai 300 ribu rupiah.
            Menurut data BPPT setiap tahunnya Jepang membutuhkan 150 ribu ton dari 250 ribu ton kebutuhan Ikan sidat dunia, padahal produksi negara sakura itu hanya 21 ribu ton per tahun. Data ini menunjukkan peluang usaha eksport ikan sidat yang masih terbuka lebar.
Karena peluang usaha ikan sidat di luar negeri cukup besar sedangkan di dalam negeri kurang diminati, banyak ikan sidat Indonesia yang di jual ke Luar negeri dalam bentuk bibit. Hal ini jelas merugikan pelaku usaha ikan sidat di dalam negeri, karena harga ikan sidat benih dan ukuran konsumsi terpaut cukup jauh. Nilai ikan sidat akan semakin tinggi jika ukuran dan bobotnya semakin besar. Awal mula eksport ikan sidat Indonesia mengandalkan tangkapan dari alam, namun lambat laun budidaya ikan sidat mulai digalakkan.
Waktu yang diperlukan di dalam budidaya ikan sidat tergantung ukuran benih yang ditabur. Untuk benih ukuran 200 gram untuk menghasilkan panen ukuran > 500 gram memerlukan waktu  maksimal lima bulan.
Tingkat produktivitasnya juga cukup bagus. Untuk satu ton benih, diperkirakan bisa menghasilkan 5 ton ikan sidat.
Ikan sidat atau unagi banyak dikonsumsi sebagai makanan mewah di Jepang, Hongkong, dan Korea karena kandungan tinggi protein dan omega yang berkhasiat untuk kesehatan tubuh. Namun, benih ikan sidat yang banyak di perairan Indonesia belum banyak dimanfaatkan di negeri sendiri.

___________________________________________________________________________
SALAH SATU PENGUSAHA YANG BERHASIL DALAM PEMBUDIDAYAAN IKAN SADAT
___________________________________________________________________________
PAGUYUBAN PATRA GESIT, INDRAMAYU, JAWA BARAT

Melihat peluang pasar yang besar. Syaeful (32) dan sepuluh rekannya yang tergabung dalam  Paguyuban Patra Gesit di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, mulai menjajaki usaha budidaya ikan sidat pada akhir tahun 2000.

Teknik pembesaran ikan sidat awalnya dipelajari Syaeful di Balai Layanan Umum Pandu Karawang, Kementerian Kelautan dan Perikanan. Segmentasi ikan sidat bicolor dipilih dengan benih yang didapat dari hasil tangkapan alam.

Bermodal sedikit pengalaman, paguyuban yang dipimpin Syaiful itu lantas mengajukan kredit lunak pada Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT Pertamina Tbk Rp 1,2 miliar untuk jangka waktu 3 tahun. Kemudian, dana sebesar itu digunakan untuk membeli lahan seluas 2 hektar di Desa Lamaran Tarum, Kecamatan Can-tigi. Kabupaten Indramayu.

Selain itu, dana itu.untuk membangun 10 petak kolam ikan berukuran masing-masing 20 x 30 meter persegi, pembelian benih ikan sidat, sertapersiapan sarana dan prasarana produksi Di antaranya peralatan diesel mengingat di wilayah itu belum ada jaringan listrik yang memadai.

Setelah lahan disiapkan. Syaiful dan rekan-rekannya mencoba mempraktikkan pembesaran ikan sidat bicolor di lahan mereka. Namun, usaha pembesaran ikan sidat bicolor temyata tidak mudah. Bicolor yang biasa hidup di arus pertemuan air sungai dan air laut sulit beradaptasi di kolam air tawar.

Negara tujuan ekspor Ikan sidat adalah jenis kar-nivora (pemakan ikan) yang me-miliki sifat katadromos. yaitu awalnya berkembang biak di laut dan selanjutnya mencari perairan umum (air tawar) untuk membesarkan diri.
Sifat itu membuat ikan sidat sulit beradaptasi dan mengubah pola makan di habitat baru kolam air tawar. Tingkat pertumbuhan ikan bicolor juga tidak merata karena ukuran benih yang ditebar tidak seragam. Usaha mereka pun berada di ambang kehancuran.

Namun, Syaiful tidak menyerah- Ia lantas menekuni riset pembesaran ikan sidat selama hampir setahun. Proses aklimatisasi diterapkan berupa penyesuaian lingkungan, temperatur, serta sortir benih ikan sebelum disimpan di kolam. Dengan perlakuan khusus, ikan sidat bicolor yang biasanya makan ikan lain itu berubah ke-biasaan menjadi rakus makan pelet Berpyak dari hasil riset tersebut. Syaiful dan te-man-temannya melanjutkan usaha. Tidak tanggung-tanggung, mereka langsung beralih dengan membidik segmentasi ikan sidat marmorota yang permintaan dan harganya di pasar internasional jauh lebih tinggi

Ikan sidat marmorata terbukti tumbuh subur dengan tingkat hidup (SR) 80 persen. Jika dalam kurun 6 bulan pertumbuhan benih sidat hanya dari ukuran 0,2 gram menjadi 40 gram per ekor, dalam bulan ke-7 sampai ke-10 benih tumbuh pesat dari ukuran 40 gram ke 1 kilogram (kg) per ekor.

Pada panen perdana bulan Januari 2010, paguyuban itu menghasilkan panen sidat sebanyak 500 kg dan seluruhnya diekspor. Ekspor ikan hidup dengan bobot lebih dari 500 gram per ekor, harga jualnya berkisar Rp 120.000-Rp 160.000 per kg. Harganya akan semakin mahal jika bobot ikan lebih dari 1 kg per ekor, yakni Rp 120.000-Rp 180.000 per kg.

Pasar utama ekspor ikan sidat adalah Hongkong, China, dan Taiwan. "Minat pasar ekspor yang tinggi terhadap ikan sidat membuat hasil produksi selalu terserap pasar, berapa pun jumlahnya," ungkap Syaiful.

Ia mengakui tidak sulit mencari benih ikan. Beberapa kawasan perairan yang banyak terdapat benih ikan sidat di antaranya di pesisir Sumatera bagian barat, Sulawesi, dan pantai selatan Jawa yang berbatasan dengan laut dalam. Harga benih sidat marmomta Rp 120.000 per kg dengan ukuran benih 25 gram per ekor.

Sayangnya, seiring maraknya permintaan di pasar internasional, penyelundupan benih ikan sidat ke negara lain terus terjadi, di antaranya ke Jepang.

Penyelundupan di beberapatempat itu mendongkrak harga benih marmoruta hingga mencapai Rp 2,5 juta per kg.

Syaiful mengaku khawatir, dengan teknologi budidaya sidat di Tanah Air yang belum berkembang luas, bukan tidak munj0tin masyarakat Jepang kelak akan mencuri start dalam pembudidayaan ikan sidat secara luas.

"Indonesia adalah negeri produsen benih ikan yang besar dan kaya. Tetapi, jika potensi itu tidak dimanfaatkan optimal, bisa dipastikan rakyat Indonesia sulit memperoleh nilai tambah dari perikanan," ujar pria yang sebelumnya menekuni bisnis penjualan pulsa itu.

Salah satu ambisinya dalam waktu dekat adalah memperluas pemasaran ikan sidat ke pasar-pasar dalam negeri "Kalau pasar ekspor dengan mudah bisa ditembus, kenapa pasar dalam negeri justru tidak melihat potensi ini," papar Syaifui

Ia menargetkan produksi ikan sidat pada panen kedua bulan Juli 2010 bisa mencapai 1 ton. Ia pun berencana memberdayakan masyarakat sekitar dengan menularkan teknik pembesaran ikan sidat ke warga Indramayu.

Caranya, melepas benih ikan sidat berukuran 100 gram kepada warga untuk dibesarkan sampai ukuran 500 gram, kemudian ditampung kembali untuk dipasarkan.

Pria lulusan politeknik Jurusan Mesin ITB angkatan 1996 ini berharap pemerintah memiliki regulasi yang tegas untuk mengembangkan benih ikan sidat, memperluas teknologi budidaya lewat pemberdayaan masyarakat, serta menekan penyelundupan benih yang merugikan perikanan budidaya.
___________________________________________________________________________

Blogger news

English French German Spain
Italian Dutch Russian Portuguese
Japanese Korean